Birama lagu senja masih akrab
dengan senandung, halaman pagi yang teduh…
Dibuai bulir asa dari kanvas
lukisan hidup, yang mengalir dalam butir peluh
milik
petani petani…yang menyisir sawah
ladang dengan pematang yang rapi
Matahari terjerambab dalam kidung
mesra, dengan kerbau yang mengeluh, benak benak
yang teduh bersandar pada tali langit.
Namun tak tahu lagi kita, dalam
seloroh dan cumbu alam yang berselimut keranda dan nisan. …….
Kita sambangi saja dengan
menyodorkan sekuntum kembang setaman berikat tali sutra, agar sorot matanya tak
lagi curiga, karena semalam sumpah serapah alam telah terhampar dalam wujud
pesta petir, dan angin badai dari ketiaknya…..
Jangan ada lagi dandananmu yang
koyak…..
Sehingga tsunami mampu menerobos,……
Tak ada lagi gincu tebal yang seronok
menakutkan anak ayam yang bercicit
Menepiskan awan senja yang
menghalangi keceriaanya.
Jangan pula gincu tebal yang
berpupur “wedus gembel”
Biarlah kita sulam sudut bajumu
yang koyak
Dengan pohon Waisor,………
Atau kita benahi Pantai Mentawai
sehingga engkau mampu mencelupkan wajah jelagamu………..
Esok akan aku jinjing sebuah
keberanian,
Dari kawan kawan satu desa yang
sigap dan tak bersuara nyaring
Untuk menyulam langit………
Yang tertawan amarahnya alam,,,hingga
membuat Archipelago terkapar dan teraniaya
Setelah seharian mereka berkubang
amarah di pantai Aceh, Mentawai, Waisor, Pangandaran…….
Dan bersembunyi di puncak Merapi.
(jakarta, 17 Nopember 2010).
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul NYANYIAN HATI BERTEMA ARCHIPELAGO YANG TERANIAYA. Jika kamu suka, jangan lupa like dan bagikan keteman-temanmu ya... By : kumpulan puisi puisi
Ditulis oleh:
cerdas alquran - Saturday, June 9, 2012
Belum ada komentar untuk "NYANYIAN HATI BERTEMA ARCHIPELAGO YANG TERANIAYA"
Post a Comment